mY_ReFLeCtion

Wednesday, May 07, 2008


Tersenyumlah para Bidadari Berjilbab…

Karangan Khas

Oleh : Ahmad Biyadi*


Ketika seorang Muslimah mencoba menyempurnakan keislamannya dengan mulai mengenakan jilbab, terkadang terdengar segudang pertanyaan mengarah kepadanya, kenapa sih kamu kok pake jilbab? Kamu cantik? Atau, pake jilbab itu ribet, biayanya juga banyak! Sebagian wanita yang kurang percaya diri, dengan mudah menanggalkannya begitu saja.



Namun seorang Muslimah yang cantik jiwanya, tidak akan terpengaruh dengan kata-kata di atas. Mereka justru tersenyum, karena mereka tahu bahwa mereka memiliki alasan yang benar sebagai dasar pijakan mengapa mereka harus berjilbab, mereka bilang:



Melaksanakan Perintah Tuhan


Hal yang paling utama bagi seorang Muslimah, adalah keikhlasan hati dalam melaksanakan segala aturan syariat. Rasa cinta Ilahi akan timbul, tatkala keikhlasan ini telah memenuhi lubuk jiwanya, sehingga segala perintah dan anjuran Tuhan, dengan mudah diindahkan dan dilaksanakan. Allah I menjelaskan, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, dan hendaklah mereka menjaga pandangannya dan menutup kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang tampak darinya. Dan hendaklah menutupkan kain kudung ke dadanya”. (QS an-Nûr [24]: 31)


Betapa besar pahala bagi mereka yang dengan tabah melaksanakan perintah-Nya. Semakin berat cobaan yang dilalui, semakin tinggi nilai perbuatannya. Faktor lingkungan, merasa kampungan, ataupun cemoohan dari berbagai pihak adalah cobaan yang menghadang. Para Muslimah mengerti, bahwa mereka harus tabah menghadapinya, karena pahala Allah I jauh lebih baik dari itu semua.



Sebagai Bukti Kehormatan Diri


Kehormatan adalah segalanya bagi seorang wanita. Karenanya, setiap wanita akan berusaha menjaga dan memeliharanya sekuat hati. Namun terkadang, menjaga kehormatan terasa kabur dengan adanya ajang mencari popularitas dan salah jaga image yang berlebihan. Hingga buka-bukaan tidak lagi dianggap sebagai hal yang negatif. Betapa para artis dengan tenang membuka aurat di depan khalayak ramai, dan dengan bangga mereka bilang kalau diri mereka adalah orang yang terhormat. Seharusnya kehormatan dijaga bukannya diobral dengan acara buka-bukaan. Wanita Muslimah mengerti bahwa dengan jilbabnya ia akan semakin tampak memesona, bukan hanya paras namun juga hati. Dengan begitu berarti ia telah sabar dan ikhlas melaksanakan perintah syariat Islam. Keteguhan jiwa mereka menunjukkan betapa tinggi kehormatan mereka, baik di mata manusia, terlebih di sisi Allah I.


Jilbab bukanlah hanya sekadar pakaian suplementer saja, seperti jas dan ikat pinggang. Namun lebih dari itu, jilbab adalah nilai kehormatan seorang wanita. Bukankah barang obralan yang dijual di pinggir-pinggir jalan, justru akan membuatnya bernilai rendah. Sebaliknya, jika dikemas dengan apik dan dijual di tempat mewah, akan semakin bernilai tinggi. Dengan berjilbab berarti para Muslimah mencoba mengemas dirinya dengan apik dan sopan. Yang hal itu akan membuat harga dirinya semakin tak ternilai.



Sebagai Wujud Jati Diri


Penampilan luar seseorang sangat menentukan penilaian orang lain terhadapnya. Di tempat umum misalnya, begitu banyak figur dengan segala kepribadiannya. Penampilan merupakan wajah utama yang terlihat, orang akan menilai baik tidaknya seseorang dengan wajah penampilan ini. Seseorang yang memakai pakaian “ala preman” dan kurang sopan, meskipun ia orang baik-baik, akan dinilai sebagai orang yang kurang sopan. Sebaliknya, bila pakaiannya terlihat sopan dan menjaga aurat, orang akan menganggapnya sebagai orang baik, meskipun sebenarnya dia bukan orang baik.


Saat itulah seorang wanita Muslimah—dengan jilbabnya—menunjukkan kepada dunia, bahwa dia adalah orang yang memiliki kepribadian baik, bahwa dia adalah seorang wanita salehah yang taat menjaga aturan syariat.


Selanjutnya, dekadensi moral besar-besaran yang terjadi di Indonesia sangat berperan aktif menurunkan nilai spiritual jilbab. Hingga jilbab tak lagi dipandang sebagai perintah Tuhan, namun lebih mengarah sebagai ajang menarik simpati dan mengikuti pakaian yang lagi trend. Pada bulan Ramadan, mereka berbondong-bondong memakai jilbab dengan segala alasan. Namun pada dasarnya itu tak lebih dari sekedar ikut-ikutan saja. Terbukti ketika bulan Ramadan berlalu, hanya sebagian kecil dari mereka yang tetap mempertahankannya. Ironis.


Seharusnya, mengenakan jilbab bukan atas dasar sedang trend atau program membebek para artis. Jilbab dikenakan karena anjuran syariat dan perintah Allah I. Sekarang dan sampai kapanpun. Di sini dan dimanapun. Mengenakan jilbab tidak terpengaruh oleh bulan suci atau karena sedang laku di pasaran, hingga timbul istilah, pelaksanaan syariat bulanan atau agama bulanan. Juga bukan karena tempat suci atau daerah wajib berjilbab. Hingga ketika ia berada di luar daerah itu, dengan sesuka hati melepaskan jilbab. Tapi sekali lagi, jilbab adalah tuntunan Allah I untuk menguji ketaatan hambanya yang saleh.


Karena itulah, para wanita salehah dengan ikhlas dan tabah memegang erat aturan ini. Mereka yakin akan janji Tuhan dan balasan bagi mereka yang taat peraturan. Bahkan kewajiban ini tidak mereka rasakan sebagai sesuatu yang berat. Mereka justru tersenyum, karena mereka telah melaksanakan perintah Sang Kekasih. Mereka semakin bangga dengan diri mereka sendiri. Karena berarti mereka tidak hanya cantik wajah, namun juga cantik hati. Karena mereka tak hanya jelita rupa, tapi juga jelita pekerti. Karena merekalah para bidadari berjilbab.



*Penulis adalah murid MMU Aliyah kelas II Tarbiyah asal Malang. Tulisan ini dimuat di Majalah Ijtihad Edisi 28
*Taken from : http://sidogiri.com/modules.php

posted by zAeN@L tHea .... at 1:17 PM 0 comments